Kamis, 19 Mei 2011

BENARKAH GARAM ITU PAHIT

paradigma kita selalu terbentuk oleh apa-apa yang ada disekitar kita, hanya sebagian orang yang ingin memandang sesuatu yang kecil dengan pandangan yang besar, garam pada dasarnya adalah asin, namun kita bisa mengubahnya menjadi manis bahkan mengalahkan manisnya gula.
sore itu kuberkunjung ke sebuah istana yang megah, kesejukan terpancar dari tiap sudut ruang istana, suasana damai, tenang, tentram, kurasakan adanya. hingga ku dipersilahkan duduk diatas dipan istimewa, tak berselang lama sang raja dan ratu keluar menghampiriku, jantung yang tadinya berdetak normal, kini memburu bagaikan jet diangkasa dan membuatku susah tuk mengejarnya, kutarik nafas dalam-dalam sambil berpikir panjang, rasanya ingin tertawa dalam ketegangan.
bagaimana tidak, saya sebagai rakyat biasa bisa duduk dan berhadapan langsung dengan sang raja dan ratu di ruangan istimewa dengan pembahasan yang tak kalah istimewa.
jantungku belum berhenti memburu saat sekuntum bunga mekar nampak di selah-selah kamar istana, kutatap sekali sampai berkali-kali.
ingin rasanya kumiliki bunga itu, namun itu adalah bunga kesayangan sang raja, bunga istimewa di istana tersebut, dari pada tinggal berdiam diri membiarkan hati merana hanya sekedar melihat sekuntum bunga tersebut, tiada salahnya kuberanikan diri untuk memintanya, mumpung saya lagi berada disini dan saya harus menyempurnakan tekadku.
negosiasi berjalan, berbagai alasan kuungkapkan kenapa kuingin memilikinya, namun keadaanku tidak memberiku jalan kesana, bunga itu adalah bunga termahal milik sang raja, ribuan panah bujuk rayu tlah kulontarkan, akan tetapi tak satupun yang kena sasaran. bagi orang lain mungkin pahit ketika sesuatu yang kita inginkan tak dapat kita miliki, tapi pahamilah kawan, kalau keberanian tuk mengungkapkan apa yang kita inginkan akan mengubah rasa pahit itu menjadi manis, begitupun denganku saya telah bertekad tuk bisa membawa bunga itu kerumhaku, namun belum diberikan izin, saya takkan menyerah, saat ini mungkin belum, tapi ku yakin suatu saat bunga itu akan terpajang dan memberikan cahaya tersendiri di kediamanku kelak, sisa menunggu waktu berbicara dan menyampaikan seluruh harapku

Rabu, 11 Agustus 2010

RAMADHAN TLAH TIBA

Makassar, 11 Agustus 2010

Engkau adalah tamu agung
Datang memberikan hadiah
Bagi para pelopor Islam
Jua datang Membakar segala khilaf & salah

Ya Allah...
Telah kumemohon sebelum ramadhan
Berkatiku di Rajab dan Sya'ban
Dan sampaikanku pada Ramadhan

Kini ia datang
kuatkan hamba menyambutnya
Lenturkan lidah hamba dalam dzikir
Jadikan tiap gerak hamba Ibadah

Marhaban Ya Ramadhan
Marhaban Ya Syahras Shiyam
Marhaban Ya Syahral Maghfirah
Labbaik Ya Ramadhan labbaik...

LAYLATUL QODR

Makassar, 11 Agustus 2010

Malam yang dinantikan
Malam pelipat ganda pahala
Malam hamparan Nikmat
Dialah malam 1000 bulan

Angin berhembus lamban
Gerak dedaunan ikut terhenti
Air berubah sesejuk salju
Pada malam 1000 bulan

Hati kubersihkan
Amarah kupadamkan
Sajadah kubentangkan
Untukmu malam 1000 bulan

Ya Robb...
Bimbingku meuju malammu
Malam yang dirindu Umat Islam
Yaitu malam Laylatul Qodr

BUKAN SURGA ATAU NERAKA


Makassar, 11 Agustus 2010

Syurga itu Impian
Di dalamnya penuh kenikmatan
Yang tak pernah dirasakan
Bahkan sekedar memikirkannyapun tidak

Neraka itu kehancuran
Di dalamnya terkumpul siksaan
Api yang melelehkan kulit
Terbuat dari tubuh manusia

Ya Robb...
Kutunaikan perintahmu
Dari ibadah wajib
Hingga Sunnah pun kulaksanakan

Ya Robb...
Kutinggalkan laranganmu
Dari bibit dosa kecil
Hingga dosa besarpun kutanggalkan

Kupatuhi segala perintah
Bukan sekedar menuntut imbalan syurga
Kuhindari setiap larangan
Bukan karna takut pada nerakamu
Tapi... demi secuil Ridho dari-Mu

Minggu, 01 Agustus 2010

TABIR HAKIKAT

Makassar, 29 juli 2010
singa padang pasir


Kutatap jam dinding yang berdetak
di dinding kamarku
seakan ia menegur dan manyapaku
saat semua orang terlelap dalam mimpi-mimpinya
hai kawan...
mengapa engkau belum jua istirahat?
padahal sebentar lagi fajar kan menyongsong
dan akan menutup lembaran malam
sementara kau masih asyik bergelut dengan buku
cobalah tuk berhenti sejenak
beranjak dan tinggalkan tempatmu
untuk sentuhan air yang begitu sejuk
di pertiga malam ini
karna Tuhan sedang menantimu tuk menengadah

lama kemudian aku mulai bergikir
atas kabar yang diberitakan sang waktu
harusnya kusisihkan sedikit waktu
sekedar tuk merenungi tumpukan kesalahan
yang telah menodai gaun putihku
gaun putih yang suatu saat
akan kupakai tuk menghadap pada-Nya
dan...
perlahan di tengah renunganku
terbayang seabrek kesalahan-kesalahan
yang sampai sekarang
aku masih saja asyik berenang diatasnya
kesalahan dalam bersikap
kesalahan dalam memahami arti cinta
yang hanya membuat egoku berkembang biak
yang hanya membuatku rakus
rakus tuk memiliki segalanya
padahal cinta tak mestinya seperti itu
karna cinta seharusnya tetap mekar
meski suatu saat yang dicintai pergi menghilang
meski ia berada di ujung langit sana
karna ia ada bukan karna kepemilikan
bahkan ia tak berharap akan itu
tapi ia ada karna ketulusan
dan kasih sayang
terima kasih waktu
telah membuat mataku dapat melihat terang
setelah sekian lama di cekam gelap
terima kasih cinta
telah mewarnai hidupku
setelah sekian lama buram
terima kasih kepada semua
atas cinta yang tak di ajarkan
bahkan di bangku sekolahan

Senin, 26 Juli 2010

BUAH CINTA PULAU CANGKE

Makassar 25 Juli 2010
Singa Padang Pasir

Mataku terperanjap dan terpaku
Saat kutatap sepasang kasih yang bersatu padu
Dan berjuang di atas sebuah pulau
Yang sampai kini tak semua orang tau
Mereka lalui waktu
Meski dingin bak salju
Menyelusup dari corong rumah kayu
Membekukan badannya di kegelapan tanpa cahaya lampu
Sungguh... ku tak dapat menahan air mataku
Yang berjatuhan membasahi pipiku
Saat melihat mereka mengayuh diatas perahu
Dan bermesraan seperti cerita masa lalu
ingin rasanya kulalui hidup itu
Meski gelap mengundang hantu
Asal ada bidadari yang memangku
Dan menuntun hingga sampai di ujung hulu

Sabtu, 24 Juli 2010

KEINDAHAN SASTRA PENCIPTA

Makassar 27 Juli 2010
Singa Padang Pasir

Senang. Riang dan bahagia
Saat kutatap wajah lugu tanpa dosa
Bernyanyi meski diapit oleh derita
Bersama teman-teman sebaya
Senang, riang dan bahagia
Menatap sang bayu ikut bahagia
Menyaksikan tawa dari temannya
Sebagai tanda pelipur lara
Akhirnya
kutau alur drama
Yang di susun oleh sang sutradara
Ia tiada merugikan siapa-siapa
Inilah bukti karya sastra
Terindah. termegah sepanjang masa
Dan tiada seorangpun bisa menyainginya
Karna ia tercipta bukan untuk tandingan problematika